PENDEKATAN DAN METODE DALAM PEMBELAJARAN
Dewasa ini, dalam
mengembangkan mutu pendidikan, model pembelajaran yang ditawarkan dan dipandang
sesuai, terutama dalam pembelajaran IPA adalah dengan berdasarkan pandangan
konstruktivis yang memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa
yang mungkin diperoleh di luar sekolah. Menurut pandangan ini, siswa harus
terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata saat proses pembelajaran
berlangsung. Model pembelajaran konstruktivisme disini terbatas hanya pada
siklus belajar dan model pembelajaranvperubahan konsepsi. Model siklus belajar
ini adalah dengan memulai dari apa yang menurut siswa hal yang biasa, padahal
sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadi situasi konflik pada
struktur kognitif siswa sedangkan pada model perubahan konsepsi sebenarnya
tidak ada pola khusus untuk model pembelajaran perubahan ini yang penting
melalui pembelajaran tersebut siswa mengubah konsepsinya dengan bantuan guru.
Di sarankan oleh
Bell (1993:16) agar pengetahuan siswa yang diperoleh dari luar sekolah
dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal dalam sasaran pembelajaran, karena
sangat mungkin terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila guru tidak mempedulikan
konsepsi atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang
terjadi akan semakin kompleks.
Menurut Dr.
Mulyani Sumantri terdapat beberapa metode pengajaran yang efektif yang
diorganisasikan dalam lima kategori. Setiap kategorinya mewakili suatu kerangka
berpikir yang sangat berfaedah mengenai metodi tersebut dan metode-metode
pengajaran yang efektif yang lain seperti:
a.
Beberapa situasi umpan balik
Umpan balik adalah
suatu respon atau jawaban atau hasil informasi dari seserang kepada orang lain.
Umpan balik ini dapat disempurnakan
dalam suatu kelompok kecil dimana beberapa orang dapat sering bertemu untuk
berdiskusi.
b.
Beberapa simulasi
Tehnik ini dapat
dipergunakan untuk membantu para peserta didik agar dapat menjabarkan pikirkan,
perasaan, dan daya fantasi mereka atau orang lain bahkan terhadap tempat atau
barang lain. Dalam hubungan ini sebaiknya pengajar atau guru dapat membangun
suatu situasi sehingga orang-orang dapat bertindak sebagai individu maupun
sebagai anggota kelompok. Metode semacam ini dapat merupakan pengalaman yang
berharga dalam bentuk pernyataan atau ungkapan perasaan tertentu atau
nilai-nilai yang mudah dimengerti simulasi berkaitan dengan sifat yang
bertalian dengan realitas atau kenyataan.
c.
Kecenderungan pada dewasa
Terdapat beberapa
metode yang langsung dapat dipergunakan membantu para peserta didik untuk
menaruh perhatian terhadap keadaan situasi fisik dan emosional dewasa ini, dan
untuk memiliki perasaan serta nilai-nilai tertentu. Terdapat bantuan untuk
menolong para peserta didik dalam menjabarkan perasaan dan penemuannya, serta
bagaimana dan bilamana mereka dapat mengatasi keadaan dewasa ini.
d.
Pemegang perasaan
Metode semacam ini
dapat dipergunakan untuk melibatkan peserta didik bermain dan berperan sebagai
orang lain. Pemegang peranan biasanya lebih aktif, terutama diharapkan orang
lain atau rekan-rekannya. Teknik ini memungkinkan para peserta didik bertindak,
berperilaku, berperasaan atau menjunjung nilai-nilai yang biasanya tidak pernah
mereka lakuakan. Dengan berperan sebagaimana yang seringkali dialami oleh orang
lain tersebut, akan membantu perkembangan psikologi peserta didik untuk dapat
menghayati kejadian-kejadian dalam masyarakat.
e.
Komunikasi
Komunikasi
merupakan metodi yang paling luas, dan pada umumnya menyangkut interaksi
antar-pribadi peserta didik. Terdapat banyak cara berkomunikasi yang tidak
dikenal oleh peserta didik, namun apabila mereka terbiasa melakukan komunikasi
secara efektif, akan timbul rasa sosial dan rasa persatuan dan kebersamaan di
antara mereka dan pengajar.
Metode pengajaran
komunikasi biasanya dipergunakan untuk mengembangkan pola-pola tata bahasa yang
standar terutama dalam berbicara dan menulis.
Adapun model
desain pembelajaran sistemik atau systematic
design of instruction (Dick dan Carey, 1990) meliputi sembilan langkah:
a.
Mengidentifikasi tujuan umum instruksional
Identifikasi
kebutuhan intruksional merupakan suatu proses untuk:
1)
Menemukan kesenjangan penampilan siswa, yang disebabkan oleh kurangnya
kesempatan mendapatkan pendidikan dan dan pelatiha pada masa lalu akibat
keadaan lingkungannya.
2)
Mengidentififkasi bentuk kegiatan intruksional yang paling sesuai dengan
kondisi lingkungan.
3)
Menentukan populasi sasaran yang dapat mengikuti kegiatan intruksional.
Langkah-langkah
yang digunakan dalam identifikasi tujuan intruksional ini adalah:
a)
Mengidentifikasi kesenjangan hasil produk atau prestasi siwa saat ini,
dengan hasil yang seharusnya atau hasil yang telah ditetapkan.
b)
Menilai kesenjangan terbentuk dalam aspek
1.
Tingkat signifikasi
2.
Luas ruang lingkupnya, dan
3.
Pentingnya peranan kesenjangan tersebut terhadap masa depan lembaga atau
program
c)
Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui pelaksanaan observsi,
wawancara dan analisis logis
d)
Mewawancarai siwa untuk memisahkan antara mereka yang sudah dan belum
pernah memperoleh pendidikan atau latihan. Siswa yang sudah pernah memperoleh
pendidikan tersebut kemudian melanjutkan kelangkah (e), sedangkan siswa yang
belum pernah mendapatkan pendidikan meneruskan ke langkah (g).
e)
Mengelompokkan siswa yang sudah pernah mendapatkan pendidikan dan latihan
ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang serinng dan jarang mendapatkannya.
f)
Kelompok yang telah sering mendapatkan pendidikan dan latihan diberi umpan
balik atas kekurangan yang ada, dan diminta mempraktikkan kembali sampai saat
melakukan tugasnya seperti yang diharapkan.
g)
Bagi mereka yang belum mempelajarinya, di rumuskan dalam tujuan
intruksional umum
b.
Melaksanakan analisis instruksional
Analisis
intruksional merupakan proses untuk menguraikan perilaku untuk menjadi perilaku
khusus yang tersusun secara logis dan sistematis dan sesuai dengan tuntutan
lingkungan dalam hal ini Customers. Terdapat
empat macam struktur perilaku yaitu hierarkikal, prosedural, pengelompokan, dan
kombinasi.
Adapun
langkah-langkah dalam melakukan analisis intruksional adalah:
a)
Menuliskan perilaku umum yang telah dituliskan dalam tujuan intruksional
umum yang menjadi tuntutan lingkungan dan pelanggang.
b)
Menulis setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum.
c)
Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu daftar dalam urutan yang
logis, dimulai dengan perilaku umum yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
d)
Menambah perilaku khusus tersebut atau menguranginya jika perlu
e)
Menuliskan setiap perilaku khusus dalam satu lembar kartu
f)
Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam
struktur yang hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan, menurut kedudukan kartu
masing-masing terhadap kartu lain.
g)
Jika perlu tambahkan dengan perilaku khusus lain atau bahkan dikurangi jika
dianggap lebih.
h)
Menggambarkan letak perilaku tersebut ke dalam kotak, kemudian mengubungkan
masing-masing kotak tersebut.
i)
Meneliti kemungkinan untuk menghubungkan perilaku umum yang satu dengan
yang lainnya, atau perilaku khusus di bawah perilaku umum.
j)
Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus, dimulai dari yang terjauh
sampai dengan yang terdekat dari perilaku umum. Urutan tersebut menunjukkan
urutan perilaku yang diajarkan kepada siswa.
k)
Mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan teman untuk mendapatkan
masukan.
c.
Mengidentesifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa
Untuk mengatasi
heterogenitas siswa sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal,
langkah-langkah berikut perlu menjadi bahan pertimbangan:
a)
Menyeleksi penerimaan siswa atas dasar latar belakang pendidikan siswa
b)
Melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan dan karakteristik awal siswa
c)
Menyusun bahan instruksional yang sesuai dengan kemampuan karakteristik
awal siswa dan kesesuaian dengan kondisi lingkungan setempat
d)
Menggunakan sistem intruksional yang memungkinkan siswa untuk maju menurut
kecepatan dan kemampuan masing-masing.
e)
Memberi supervisi kepada siswa secara individual
Identifikassi
karakter siswa ini bertujuan agar pendesain kurikulum dapat merumuskan populasi
sasaran intruksional.
d.
Menuliskan tujuan khusus performa atau intruksional khusus
Tujuan
intruksional khusus digunakan dalam penyusunan tes. Oleh karena itu, tujuan
harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk bagi penyusunan tes
agar ia dapat mengembangkan tes, yang dapt mengukur perilaku yang terdapat di
dalamnya.
Dalam
mengembangkan tujuan khusus harus diperhatikan unsur behavioral atau perilaku
yang akan dicapai, batasan yang dikenakan kepada siswa atau alat yang digunakan
siswa ketika ia dites, dan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku
tersebut.
e.
Mengembangkan butir tes acuan patokan
Butir tes acuan
adalah butir tes yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa
terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan intruksional khusus. Prsedur
pengembangan tes adalah:
a)
Menuliskan berbagai arahan
b)
Mengembangkan instrumen yang meliputi
1.
Identifikasi unsur-unsur yang akan dievaluasi
2.
Membuat penulisan dalam bentuk baru dalam unsur-unsur tersebut
3.
Membuat sekuens unsur-unsur pada instrumennya.
4.
Memilih tipe penilaian yang dibuat oleh penilai, dan
5.
Menentukan bagaimana instrumen diberi skor.
c)
Memutuskan dan memastikan unsur-unsur dapat diobservasi
d)
Mengembangkan daftar cek
e)
Membuat skala penilaian
f)
Membuat respon format perhitungan
g)
Membuat prosedur penilaian skor, dan
h)
Mengevaluasi instrumen
f.
Mengembangkan strategi intruksional
Strategi
intruksional terbagi menjadi empat komponen utama yaitu urutan kegiatan
intruksional, metode, media, dan waktu. Adapun tahapan kegiatan intruksional
terdiri atas:
a)
Pendahuluan, yaitu menggambarkan perhatian siswa terhadap tugas
pembelajaran dengan menjelaskan keuntungan dalam menjalankan tujuan, dan
menghubungkan pelajaran dengan pelajaran sebelumnya.
b)
Presentasi, yaitu menginformasikan sejumlah fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur. Isi presentasi dapat beragam, bergantung jenis tugas yang harus
dicapai dan perilaku awal siswa, misal dengan mengadakan pra-tes
c)
Latihan transisi, yaitu menjembatani jurang antara perilaku awal siswa
dengan perilaku yang ditetapkan (patokan).
d)
Bimbingan, yaitu melatih dan mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahan
e)
Umpab balik
f)
Praktik
g)
Tes formatif
g.
Mengembangkan dan memilih materi
atau bahan indtruksional
Bahan atau materi
intruksional yang dikembangkan bergantung pada kegiatan intruksional yang
dilaksanakan beserta implementasinya. Pada dasarnya, pengembangan materi
intruksional dilakukan berdasarkan bentuk kegiatan intruksional yang dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
a)
Pengajar sebagai fasilitator dan siswa belajar sendiri
b)
Pengajar sebagai sumber tunggal dan siswa belajar baginya
c)
Pengajar sebagai penyaji bahan belajar yang dipilihnya.
Dalam pengembangan dan implementasi dari materi
intruksional ini, harus diperhatikan sumber daya yang terdapat di lingkungan
sehingga dapat digunakan dengan seluas-luasnya agar pembelajaran menjadi
bermakna.
h.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif (Evaluasi sumatif tidak
dimasukkan dalam komponen desain sistem instruksional ini)
Evaluasi ini
digunakan untuk memperoleh data agar dapat merevisi pengajaran menjadi lebih
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
i.
Melakuakan revisi instruksional
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, Mulyani.
(1988) Kurikulum dan Pengajaran.
Jakarta : Departemen Pendididkan dan Kebudayaan.
Hamalik, Oemar.
(2007) Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ahmad, Yusnani
dkk. (2003) Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Bandung : IMSTEP Technical Cooperation Project for Development of Science and
Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indinosia.
Komentar
Posting Komentar