Larutan-kimia
LARUTAN
A.
Pengertian
Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari
dua macam zat atau lebih. Zat padat, cair dan gas semuanya dapat dilarutkan ke
dalam cairan untuk membuat larutan. Dengan kata lain, setiap campuran yang
membentuk hanya satu fase adalah larutan. Sesuai dengan defenisi atau
pengertian maka udara bersih dapat dipandang sebagai larutan, sebab udara
merupakan campuran homogen dari sistem gas seperti nitrogen, oksigen, argon,
karbon dioksida, dan lain-lain. Campuran yang dapat saling melarutkan satu sama
lain dalam segala perbandingan dinamakan larutan ‘miscible’. Udara merupakan
larutan miscible. Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fase
dinamakan cairan ‘’immiscible’’.
Menurut sudut pandang struktur,
kehomogenan menunjukkan bahwa partikel-partikel zat terlarut berada dalam
ukuran molekuler dengan diameter sekitar 5 Ȧ. Partikel-partikel tersebut
tersebar secara acak dan merata dalam mediumnya.
Dalam larutan cair, cairan disebut “pelarut” dan komponen lain (gas
atau zat padat) disebut “terlarut”. Jika dua komponen pembentuk larutan adalah
cairan, maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya tidak berubah
dinamakan pelarut.
B.
Larutan
Ideal dan Nonideal
Larutan
ideal dengan zat terlarut ionik
didefinisikan sebagai larutan yang ion-ionnya dalam larutan bergerak bebas satu
sama lain, dan saling tarik hanya terjadi dengan molekul pelarut. Komponen
dalam larutan ideal memberikan sumbangan terhadap konsentrasi larutan sangat
efektif. Untuk larutan ionik yang sangat encer dapat dikategorikan mendekati
perilaku ideal sebab ion-ion dalam larutan itu saling berjauhan akibatnya
antaraksi elektrostatisnya lemah.
Dalam larutan nonideal, gaya antar atom-atom, ion-ion, atau molekul-molekul
harus dipertimbangkan dalam perhitungan.
Contoh:
1.
Larutan
Ideal
Seorang
perenang dalam kolam renang sendirian. Dia dapat pergi kemana saja sesuai
kehendaknya, dan dia memberikan sumbangan terhadap konsentrasi kolam sepenuhnya
dalam kolam renang (1 perenang/kolam).
Jika terdapat 25 perenang dalam kolam itu, keefektifan masing-masing perenang
untuk menjelajah kolam turun akibat dari tabrakan atau desakan satu sama-lain
sehingga keefektifan konsentrasi akan lebih kecil dari 25 perenang /kolam yang
seharusnya.
2.
Larutan
Nonideal
Misalkan
NaCl ditinjau daya hantar listrik larutan elektrolit kuat. Jika larutan NaCl
sangat encer kurang dari 0,01 M, daya hantarnya diharapkan sesuai dengan
disosiasi garam kedalam ion-ionnya, tetapi jika konsetrasi larutan besar perbedaan
antara hapat dan amatan menjadi lebih besar. Penyebabnya, ion-ion berlawanan
muatan mengadakan bekutarik satu sama lain, bakutarik ini menimbulkan ion-ion
saling berdekatan sehingga larutan jadi lebih pekat, setiap ion dikelilingi
oleh molekul-molekul pelarut yang berlawanan muatan, kecenderungan ini dapat
menghambat ion-ion menuju belektroda yang menyebabkan daya hantar listriknya
lebih rendah dari harapan. Pengaruh ini menjadi lebih besar jika larutan lebih
pekat atau jika ion-ion mempunyai muatan lebih besar dari satu seperti .
C.
Larutan
Elektrolit dan Non –Elektrolit
Dalam larutan cair, padat dapat
berada dalam bentuk ion-ionnya maupun molekulnya. Jika NaCl terlarut dalam air,
ion dan ion masing-masing terhidrasi dalam air, dan
ion-ion yang terhidrasi itu secara bebas dapat bergerak ke seluruh medium
larutan. Tetapi jika glukosa atau etanol larut dalam air, zat-zat tersebut
tidak berada dalam bentuk ionnya melainkan dalam bentuk molekulernya. Zat-zat
yang dalam air membentuk ion-ion dinamakan zat
elektrolit, dan larutan yang dibentuknya dinamakan larutan elektrolit.
Zat elektrolit yang terurai sempurna
di dalam air dinamakan elektrolit kuat, sedangkan
zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-ionnya di dalam air
dinamakan elektrolit lemah. Asam
dan basa yang merupakan elektrolit kuat
disebut asam kuat dan basa kuat. asam
dan basa yang hanya terionisasi sebagian di dalam air dinamakan asam
lemah dan basa lemah. Selain HCl, HBr,
HI, ,
,
dan ,
umumnya tergolog lemah. Basa kuat adalah hidroksida dari logam alkali dan
alkali tanah kecuali berlium.
D.
Proses
pelarutan
1.
Pelarutan
cair-cair
prinsip umum : like dissolved
like (semakin mirip zat terlarut danpelarutnya (struktur, gaya interaksi,
kepolaran) akan semakin mudahsaling melarutkan dalam segala perbandingan).
2.
Pelarutan padat-cair
kelarutan zat padat
dalam zat cair sangat terbatas karena interaksi dalamzat padat jauh lebih kuat
daripada interaksi dalam zat cair. Semakinrendah titik leleh zat padat semakin
mudah larut dalam zat cair.
3.
Pelarutan gas-cair
kelarutan gas dalam zat
cair sangat terbatas karena interaksi dalam zatpadat jauh lebih lemah daripada
interaksi dalam zat cair. Semakintinggi titik didih gas (semakin mendekati nol
derajad) semakin mudahlarut dalam zat cair.
E. Kalor Pelarutan
Kalor pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau
diserap ketika satu mol senyawa dilarutkan dalam pelaryut berlebih yaitu sampai
suatu keadan dimana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang
diserap atau dilepaskan lagi,karena air biasanya digunakan sebagai pelarut,maka
reaksinya dapat ditulis :
X¬(s)+Y(aq) Fasa cair yang berupa sistem dua atau multi komponen, yakni larutan juga sangat penting.
X¬(s)+Y(aq) Fasa cair yang berupa sistem dua atau multi komponen, yakni larutan juga sangat penting.
Larutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat
(pelarut) dan zat yang larut di dalamnya (zat terlarut). Pelarut tidak harus
cairan, tetapi dapat berupa padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain.
Sistem semacam ini disebut sistem dispersi. Untuk sistem dispersi, zat yang
berfungsi seperti pelarut disebut medium pendispersi, sementara zat yang
berperan seperti zat terlarut disebut dengan zat terdispersi (dispersoid). Baik
pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan, cairan
atau gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam
membedakan peran pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih
kecul dari pelarut. Namun, bila kuantitas zat terlarut dan pelarut, sukar untuk
memutuskan manakah pelarut mana zat terlarut.
1. Konsentrasi
Konsentrasi larutan
didefinisikan dengan salah satu dari ungkapan berikut:
a. persen massa (%) =(massa zat terlarut/ massa larutan) x 100
b. molaritas (konsentrasi molar) (mol dm-3) =(mol zat terlarut)/(liter
larutan)
c. molalitas (mol kg-1) =(mol zat teralrut)/(kg pelarut).
2. Tekana Uap
Tekanan uap cairan adalah salah satu sifat penting larutan. Tekanan uap
larutan juga penting dan bermanfaat untuk mengidentifikasi larutan. Dalam hal
sistem biner, bila komponennya mirip ukuran molekul dan kepolarannya, misalnya
benzen dan toluen, tekanan uap larutan dapat diprediksi dari tekanan uap
komponennya. Hal ini karena sifat tekanan uap yang aditif. Bila larutan
komponen A dan komponen B dengan fraksi mol masing-masing adalah xA dan xB
berada dala kesetimbangan dengan fasa gasnya tekanan uap masing-masing komponen
sebanding dengan fraksi molnya dalam larutan. Tekanan uap komponen A,
pA,diungkapkansebagai: pA0 adalah tekanan uap cairan A murni pada suhu yang
sama. Hubungan yang mirip juga berlaku bagi tekanan uap B, pB. Hubungan ini
ditemukan oleh kimiawan Perancis Francois Marie Raoult (1830-1901) dan disebut
dengan hukum Raoult. Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi
antara molekul individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul
dalam tiap komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal. Gambar 7.6
menunjukkan tekanan uap larutan ideal sebagai fungsi konsentrasi zat teralrut.
Tekanan total campuran gas adalah jumlah pA dan pB, masing-masing sesuai dengan
hukum Raoult.
3. Larutan Ideal dan Nyata
Sebagaimana juga perilaku gas nyata berbeda dengan perilaku gas ideal,
perilaku larutan nyata berebeda dengan perilaku larutan ideal, dengan kata lain
berbeda dari hukum Raoult. Gambar 7.7(a) menunjukkan kurva tekanan uap sistem
biner dua cairan yang cukup berbeda polaritasnya, aseton Me2CO dan karbon
disulfida CS2. Dalam hal ini, penyimpangan positif dari hukum Raoult (tekanan
uap lebih besar) diamati. Gambar 7.7(b) menunjukkan tekanan uap sistem biner
aseton dan khloroform CHCl3. Dalam kasus ini, penyimpangan negatif dari hukum Raoult
diamati. Garis putus-putus menunjukkan perilaku larutan ideal. Peilaku larutan
mendekati ideal bila fraksi mol komponen mendekati 0 atau 1. Dengan menjauhnya
fraksi mol dari 0 atau 1, penyimpangan dari ideal menjadi lebih besar, dan
kurva tekanan uap akan mencapai minimum atau maksimum.
Penyebab penyimpangan dari perilaku ideal sebagian besar disebabkan oleh
besarnya interaksi molekul. Bila pencampuran komponen A dan B menyebabkan
absorpsi kalor dari lingkungan (endoterm), interaksi molekul antara dua
komponen lebih kecil daripada pada masing-masing komponen, dan penyimpangan
positif dari hukum Raoult akan terjadi. Sebaliknya, bila pencampuran
menghasilkan kalor ke lingkungan (eksoterm), penyimpangan negatifakanterjadi.
Bila ikatan hidrogen terbentuk antara komponen A dan komponen B,
kecenderungan salah satu komponen untuk meninggalkan larutan (menguap)
diperlemah, dan penyimpangan negatif dari hukum Raoult akan diamati.
Kesimpulannya, penyebab penyimpangan dari hukum Raoult sama dengan penyebab penyimpangan
dari hukum gas ideal.
F. Macam-macam Kalor.
1. Kalor Pembentukan (∆Hf).
Kalor pembentukan adalah kalor yang
menghasilkan atau diperlukan untuk pembentukan 1 mol senyawa dari
unsur-unsurnya (unsur yang berupa gas ditulis dengan rumus molekulnya). Contoh:
O2, H2, Cl2, Br2.
2. Kalor Penguraian (∆Hd)
Kalor penguraian adalah kalor yang
dihasilkan atau diperlukan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi
unsur-unsurnya.
3.
Kalor Pembakaran
Kalor yang dihasilkan atau
diperlukan untuk membakar 1 mol zat (unsur /senyawa)
4.
Kalor Netralisasi
Kalor netralisasi adalah kalor yang
dihasilkan atau diperlukan untuk membentuk 1 mol H2O dari reaksi antara asam
dan basa. Kalor netralisasi termasuk reaksi eksoterm karena pada reaksi ini
terjadi kenaikan suhu.
5.
Kalor Pelarutan (∆Hs)
Kalor pelarutan adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk
melarutkan 1 mol zat padat menjadi larutan.
Komentar
Posting Komentar